Jasa Pasang Iklan di Jakarta

Marketing & Creative
Pahala Sigiro
Andina Mutiara Insan
10 Juni 2022

INFLUENCER CANTIK DI LUAR RUMAH: MEDIA OOH

Facebook
Twitter
LinkedIn

Bila anda sering berada di luar rumah, coba sesekali perhatikan sekeliling selama bepergian. Jika anda bisa menyadari, ada satu kategori produk yang mulai banyak menghias perjalanan, kategori tersebut adalah kategori produk kecantikan. Di billboard pinggir jalan, di gedung, dan di lokasi transit kendaraan umum anda akan mudah mengenali wajah selebriti dan influencer cantik dengan produk dari brand skincare dan kosmetik. Mengapa fenomena yang baru muncul kurang lebih setahun terakhir ini bisa terjadi?

Setelah dua tahun yang sulit, industri kecantikan mulai bersolek kembali. Kembalinya target audiens ke aktivitas normal menandakan industri ini bersiap-siap memenangkan pengaruh di kompetisi yang cepat berubah. Dari produk skincare hingga tren make-up terbaru, selalu ada hal baru yang terjadi di market. Era digital juga mempercepat tren bagaimana konsumen berhubungan dengan brand dan produk yang mereka gunakan.

Menurut statista.com, industri kecantikan di Indonesia diproyeksikan mencapai 108,5 Trilliun Rupiah di 2021 dengan pertumbuhan CAGR 6.5% sampai 2025. Di pasar produk kecantikan sendiri dibagi beberapa kategori produk; kategori perawatan pribadi memiliki market terbesar (46,3 Trilliun Rupiah), diikuti skincare (30,4 Trilliun Rupiah), kosmetik (24,6 Trilliun Rupiah) dan Parfum & Wewangian (5.7 Trilliun Rupiah) [1].

Industri ini sudah terkenal tangguh melewati berbagai tantangan masa lalu. Lalu bagaimana pemain di industri ini tidak terjebak mengikuti perubahan tren jangka pendek, namun juga memikirkan strategi membangun brand di jangka panjang?

PELUANG CANTIK DI HIMPITAN PANDEMI

Secara global di 2020 penjualan kategori kosmetik turun hingga 30%, sementara penjualan ritel di industri kecantikan turun 15%.[2] Karena bekerja dari rumah, pembatasan jarak fisik dan penggunaan masker, pemakaian kosmetik menjadi tidak penting bagi konsumen.

Tutupnya beberapa toko kosmetik serta pembatasan aktivitas keluar rumah membuat beberapa brand-brand besar yang bergantung pada toko fisik dihimpit kesulitan. Hal ini dikarenakan separuh lebih konsumennya terbiasa dengan pembelian langsung. Bahkan bagi para millennial dan gen-z yang sudah melek internet, hampir 60% dari proses pembelian masih dilakukan di toko fisik.[3]

Meskipun pasar kosmetik turun, bagi pemain produk skincare dan rambut, musim pandemi adalah momen yang menuai untung. Skincare Credo, misalnya, persentase penjualannya naik 200%, Perawatan rambut Oribe hingga Maret tahun lalu membukukan kenaikan 200%. Sementara produk serum wajah Niacinamide mendapatkan kenaikan di mesin pencarian hingga 193%.

Pandemi dimanfaatkan para konsumen yang tidak bisa melakukan perawatan di luar rumah dan juga mereka lebih banyak memiliki waktu luang. Waktu luang ini yang banyak dimanfaatkan untuk membeli produk yang membantu konsumen melakukan perawatan di dalam rumah. [4]

Laporan Mckinsey menyebutkan bahwa pandemic juga mempercepat proses penjualan produsen ke konsumen lewat saluran lain selain toko fisik. Penggunaan saluran e-commerce, website, marketplace dan platform sosial media menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Di seluruh dunia, konsumen menunjukkan bahwa mereka akan meningkatkan pembelian secara online. Pemain industri menjawab hal ini dengan memprioritaskan channel digital untuk menangkap dan mengubah perhatian para customer dan potensialnya. [5]

INFLUENCER BARU: Media Luar Griya (Out Of Home/OOH)

Apa itu influencer? Dalam KBBI Influencer adalah pemengaruh; orang yang menggunakan media sosial untuk mempromosikan atau merekomendasikan sesuatu. Semakin banyaknya iklan yang menggunakan influencer beberapa tahun terakhir, membuat banyak konsumen mulai kehilangan kepercayaan kepada pemengaruh yang mereka ikuti dan iklan di socmed secara umum. Turunnya tingkat kepercayaan pada influencer ini membawa turunnya nilai konversi iklan-iklan sponsor, dan membuat influencer kehilangan kekuatan utamanya: pengaruh.

Iklan online saja tidak dapat membangun brand dalam jangka panjang. Ini sebabnya brand-brand membutuhkan kekuatan dari medium seperti OOH. Iklan OOH dapat memperkuat strategi online dari pelaku industri. Ini mengapa beberapa brand sukses mengimplementasikan OOH sebagai salah satu “influencer” yang dapat hadir baik di online maupun offline. [6]

Seperti konsumen yang berevolusi, banyak pemilik produk yang mulai menyadari hal ini. Brand mulai sadar untuk memisahkan diri dari kompetisi, bukan berdasarkan klaim saja, tapi juga dari action yang membangun kepercayaan konsumen. Beriklan lewat media yang dapat dipercaya adalah cara menciptakan pesan untuk menonjolkan image yang hendak dibentuk. Media tersebut juga bisa menjadi “influencer” yang terpercaya.

Jangan sampai hanya karena mengikuti tren dan strategi jangka pendek saja membuat kita melupakan strategi jangka panjang; membangun brand yang dapat dipercaya.

MEMBUAT PERNYATAAN TEGAS DENGAN OOH

Iklan OOH menarik bagi para pemasar produk kecantikan karena kemampuannya memberikan pesan yang secara potensi mampu dilihat jutaan orang. Baik itu pesan bernuansa gerakan tertentu, pesan keadilan sosial, atau informasi tentang suatu topik, menggunakan OOH dapat memberikan dampak besar. Salah satu alasannya adalah karena sifatnya yang publik dan tidak bisa dihindari.

OOH adalah medium yang sempurna untuk statement yang “berani”, karena bisa memaksa orang yang lewat untuk berhenti sejenak, melihat dan mengerti pesan yang disampaikan. Tidak heran, salah satu merek skincare terbesar di Amerika Utara, Glossier, salah satu brand yang menggunakan OOH sebagai salah satu strateginya. [5]

Influencer Cantik

Brand: Glossier; Sumber gambar: medium.com
Lokasi: NYC Subway Station

FLEXIBEL DENGAN DIGITAL

Alasan besar untuk menentukan kapan dan dimana mengkiklankan produk kecantikan adalah waktu yang pas. Pemasar harus mempertimbangkan musim, hari libur, dan tradisi, untuk menentukan apa dan bagaimana mengiklankan produknya sehingga relevan di mata konsumen. Sebagai contoh, usia 16-24 tahun cenderung lebih mau berbelanja skincare dan produk kecantikan sesudah mendapatkan gaji.[6] Mentalitas “men-treat diri sendiri” ini tinggi diantara audiens yang lebih muda.

Bagi pemilik produk, kondisi mental seperti ini adalah potensi yang besar. Teknologi digital OOH bisa menjadi alat yang hebat jika kita mempertimbangkan waktu dan momen seperti ini, karena sifatnya yang serbaguna dan dapat menangkap kondisi mental dalam suatu waktu tertentu. Bayangkan berjalan pulang dari kantor sesudah gajian, memikirkan kulit wajah, dan melihat iklan DOOH menjelaskan produk perawatan malam beserta informasi lengkap lokasi tempat membelinya.

Brand: Elizabeth Arden; Sumber gambar: globalcosmeticnews.com
Lokasi: London’s Oxford Circus tube station

MARI BERSOLEK DAN MENYAMBUT PERUBAHAN

Produk skincare dan kecantikan semakin banyak yang menyadari kekuatan OOH yang dapat membawa brand ke level selanjutnya. Menyadari kembalinya aktivitas normal, kemudahan, efisiensi, fleksibilitas, dan kecocokan dengan target marketnya, semakin wajar jika kategori ini semakin banyak yang melirik media OOH. Terlebih, kategori ini selalu berubah dan berkembang. Dengan banyak produk dan varian baru yang keluar sepanjang waktu, media OOH juga ditantang untuk ber-evolusi, menyesuaikan dengan kebutuhan konsumennya, para pemilik brand.

Jika anda pemain di industri ini dan hendak mempercantik brand anda, jangan ragu menggunakan media ini. Karena seperti anda, kami juga siap untuk bersolek.

Untuk mempercantik lebih lanjut, hubungi email kami di hello@otegomedia.com

Baca artikel lain dari kami