Marketing Strategist
Paramita Jayanthi
22 September 2023
Agensi periklanan di dunia kini semakin marak menggunakan DOOH (Digital Out-Of-Home) atau iklan luar ruang digital. Menurut Attitudes to DOOH 2022 Report, pengunaan DOOH per-tahun telah meningkat dari 60% di tahun 2021 menjadi 69% di tahun 2022.
Penggunaan iklan luar ruang digital telah menawarkan efisiensi dalam bidang periklanan dengan keunggulan tidak dapat terabaikan sehingga mudah diingat dan berdampak. Namun ternyata iklan luar ruang digital masih bisa berubah menjadi lebih baik lagi, dengan programmatic advertising.
Programmatic advertising merupakan cara baru beriklan di era digital. Menurut Attitudes to DOOH 2022 Report, sebanyak 86% atau sekitar 8 dari 10 agensi periklanan pernah menggunakan programmatic advertising untuk memudahkan transaksi iklan luar ruang mereka. Selanjutnya, sebanyak 48% agensi periklanan tengah berencana untuk menggunakannya.
Sebetulnya, iklan luar ruang digital mampu meraih audiens yang besar, namun audiens tersebut belum tentu cocok dengan apa yang ingin ditargetkan advertiser (pihak yang ingin membuat iklan). Nah, di sinilah programmatic advertising memberikan keunggulan lebih. Programmatic advertising dapat mengidentifikasi audiens yang tepat sasaran, sesuai dengan target yang ingin dicapai oleh advertiser.
Selain itu, programmatic advertising juga memiliki ciri penting lainnya, yaitu penjualan iklan antara advertiser dan publisher (pihak yang menerbitkan iklan) dilakukan secara otomatis.
Simak pembahasan mengenai cara advertiser dan publisher bertransaksi.
Mengacu pada arti dari namanya, programmatic advertising berarti seluruh transaksi antara advertiser dan publisher dilakukan melalui suatu program tertentu secara otomatis. Proses ini dikerjakan oleh program yang menjadi ‘jembatan’ antara advertiser dan publisher.
Program ini dapat digunakan untuk mengotomatisasikan seluruh rangkaian transaksi, dimana seluruh rangkaian transaksi menjadi contact-less melalui marketplace berbasis lelang (real-time bidding), ataupun dengan mengotomatisasi rangkaian penjualan setelah terjadi kesepakatan melalui transaksi konvensional.
Jadi, advertiser yang ingin memasang iklan tak perlu lagi menghubungi jasa periklanan satu-persatu. Advertiser tak perlu lagi mengeosiasi harga dengan publisher secara langsung.
Demand Side Platform (DSP) adalah sebuah software yang digunakan sebagai alat untuk mengelola iklan bisis dari sisi publisher. DSP merupakan pihak ketiga dalam pemasangan iklan antara advertiser dan publisher yang memungkinkan advertiser untuk membeli tempat penayangan iklan mereka secara otomatis.
Pertama-tama, advertiser harus mendaftar DSP yang terhubung dengan ad exchange terlebih dahulu. Ad exchange sendiri merupakan ruang tempat terjadinya pembelian dan penjualan iklan. Pada ad exchange, akan terlihat stok barang atau tempat yang masih tersedia.
Berikutnya, ketika audiens membuka suatu website yang terhubung dengan ad exchange, maka ad exchange akan menerima sinyal yang disebut dengan auction. Lalu, sistem yang ada pada ad exchange akan balik ‘mengirimkan pesan’ pada DSP tentang iklan yang mungkin cocok dengan audiens maupun permintaan penempatan iklan dari advertiser.
Jika ada, maka DSP akan mengirimkan sinyal kepada para advertiser untuk memasuki real-time bidding, dimana para advertiser akan bersaing merebutkan penempatan iklan tersebut.
Selanjutnya, advertiser akan melakukan real-time bidding atau pelelangan iklan, mirip dengan sistem bidding ketika kita menaruh iklan pada Google Ads. Setelah bidding berhasil, iklan tersebut akan ditayangkan kepada pengunjung website, spot, ataupun tempat tertentu yang publisher miliki.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, DSP memiliki cara kerja yang mirip dengan Google Ads. Sebetulnya, Google Ads sendiri memang bisa dikatakan sebagai sistem tipe Demand Side Platform. Namun bedanya adalah Google Ads memiliki beberapa batasan dalam jangkauan iklannya. Contohnya, Google Display Network tidak dapat menjangkau apa yang bisa dijangkau oleh Facebook Display Ads. Sedangkan DSP sendiri dapat mengakses jangkauan iklan yang tak dapat dijangkau oleh Google Ads.
Perbedaan Supply Side Platform dengan Demand Side Platform terletak pada sistemnya. Jika DSP pada intinya adalah tempat advertiser membeli dan mengatur iklan yang ingin mereka pasang, maka SSP adalah tempat publisher menayangkan iklan advertiser yang telah ‘memenangkan’ bidding.
Cara kerjanya adalah, pertama-tama SSP harus terhubung pada ad exchange juga, sama dengan DSP. Setelah itu, SSP memberitahukan ketersediaan ruang beriklan melalui real-time bidding agar selanjutnya dapat ditawar oleh para advertiser dengan harga paling tinggi yang akan ‘memenangkan’ ruang iklan tersebut
DMP (Data Management Platform) merupakan sebuah platform yang digunakan untuk mengelola data yang telah dikumpulkan. DMP dapat mengolah data audiens sehingga dapat menargetkan iklan dengan benar kepada audiens tertentu secara spesifik. DMP bekerja dengan cara mengelompokkan data cookie para audiens yang masuk ke dalam website tertentu. Data yang telah dikelompokkan oleh DMP ni berguna untuk mendorong keputusan dalam pembelian iklan.
Karena DMP merupakan platform yang menghimpun data audiens, maka DSP harus terhubung kepada DMP agar mendapatkan akses data-data audiens sehingga DSP tahu audiens macam apa yang ditargetkan oleh advertiser.
Pada intinya, jika DSP tidak terhubung ke DMP, maka tidak ada akses untuk data audiens. Lebih lanjut maka DSP tak dapat mengarahkan advertiser untuk membuat keputusan membeli ruang beriklan.
Penargetan perilaku audiens akan menitikberatkan pada perilaku personal para audiens seperti kebiasaan berbelanja mereka, bagaimana mereka berinteraksi dengan website ataupun dengan suatu produk yang menarik bagi mereka. Contohnya seperti apakah orang tersebut, ketika masuk ke suatu website, menambahkan produk ke keranjang? Apakah setelah memasukkan keranjang mereka meninggalkan website tanpa membelinya? Apakah mereka justru membelinya? Apakah mereka berbagi tautan website itu dengan orang lain? Dsb.
Targeting audiens merupakan jenis penargetan iklan yang paling sering digunakan. Metode penargetan ini memungkinkan advertiser menayangkan iklan pada populasi tertentu berdasarkan karakteristik spesifik. Seperti jenis kelamin, pendapatan rumah tangga, usia, minat dan ketertarikan, dan lainnya.
Metode penargetan yang satu ini bertujuan untuk menayangkan iklan berdasarkan kecocokan konteks pada suatu website. Misal, advertiser yang akan mengiklankan makanan akan lebih baik apabila menargetkan iklannya ke website yang membahas tentang makanan juga, dibandingkan dengan website kecantikan.
Advertiser menggunakan penargetan lokasi geografis agar sesuai dengan pelanggan yang mungkin membeli produk mereka. Contoh apabila advertiser memiliki usaha di Indonesia, jangan memasang iklan pada seluruh audiens karena iklan tersebut mungkin dapat menjangkau orang-orang luar Indonesia, yang mana tak relevan karena tak akan dapat membelinya.
Metode yang satu ini menargetkan orang-orang yang sebelumnya pernah berinteraksi dengan website brand advertiser namun tidak melakukan transaksi pembelian. Metode retargeting adalah suatu cara untuk mengingatkan kembali calon konsumen pada produk atau brand ari advertiser, gunanya adalah untuk mendorong mereka agar menyelesaikan transaksi pembelian.
Mengenai Otego Media
Sebagai media OOH, Otego selalu berkomitmen membantu klien dan pemilik brand membuat iklan maupun konsep kreatif yang menarik, tidak membosankan, yang bisa meningkatkan awareness dan brand value.
Otego Media dapat membantu anda beriklan di MRT Jakarta dengan beragam pilihan lokasi maupun strategi iklan dan menjangkau lebih dari 19.7 juta Audiens (data ridership MRT 2022), dengan tingkat awareness iklan mencapai 87% dan persepsi iklan 90% bagus/sangat bagus (Otego Media Audience Research, 2022).
Otego Media adalah perusahaan media periklanan yang menyediakan semua aspek iklan komersial di wilayah operasional MRT Jakarta, baik di stasiun maupun ratangga. Untuk Kerjasama, silakan menghubungi kami di hello@otegomedia.com